Senin, 25 Juni 2012

Saya Memang Provokator Gaharu! – Pembudidaya-lestarian Gaharu

Ada banyak jenis pohon gaharu, tercatat 27 jenis yang tumbuh tersebar di Sumatera, Kalimantan, Maluku, Irian Jaya (Papua), Nusa Tenggara, Sulawesi dan juga Jawa. Semuanya bisa memberikan hasil yang bermanfaat dan menjadi sumber penghasilan karena harga minyaknya yang sangat tinggi. Oleh karena itu, seperti yang saya ceritakan sebelumnya (di sini), gaharu terancam punah, dan untuk menyelamatkannya adalah dengan melakukan budidaya gaharu. Selain untuk menyelamatkan gaharu, budidaya ini juga untuk menyelamatkan hutan.
Bagaimana budidaya gaharu? Di mana bisa mendapatkan bibitnya? Bagimana menanamnya? Bisa tumbuh di lahan apa saja? Bagaimana merawatnya?



Pemilihan Jenis Gaharu
Idealisnya, semua jenis gaharu sebaiknya dikembang-budidayakan. Di lain sisi, tidak dipungkiri bahwa salah satu harapan dari budidaya gaharu adalah untuk mendapatkan hasil maksimal dari sisi ekonomi. Masing-masing jenis gaharu mempunyai karakteristik berbeda-beda, hal ini tidak memungkinkan saya mengurai satu-persatu. Ada dua jenis gaharu yang sangat potensial untuk dibudidayakan : genus Aquilaria spp dan genus Gyripnos.
Langkah yang tepat dalam menentukan pilihan jenis gaharu mana yang hendak dibudidayakan adalah dengan berkonsultasi pada dinas/departemen pertanian-perkebunan atau kehutanan. Kedua dinas dan departemen ini mempunyai informasi yang sangat banyak dan detail perihal gaharu. Mengapa hingga kini informasinya tidak tersebar?
“Nah, lho!!!! Tuh, kan! Ke mana, dong, bisa dapat informasinya?”
Dengan senang hati (semoga) ke dua dinas dan departemen ini akan memberikan informasinya.

Pembibitan
Ada 3 (tiga) cara untuk bisa mendapatkan bibit gaharu:
Pembibitan secara generatif. Pembiakan bibit dengan cara menyemai biji gaharu. Biji gaharu bisa didapatkan dari indukan-indukan gaharu yang tumbuh, kemudian disemai dalam media tanah yang subur (campuran tanah dan pupuk organic).
Pembibitan yang didapatkan dari cabutan/anakan. Di sekitaran pohon gaharu ada cukup banyak anakan gaharu yang tumbuh secara alami. Untuk melakukan pembibitan cukup dengan cara dicabut anakan-anakannya lalu dipindahkan ke dalam media tanah suburdimasukkan ke dalam pollybag.
    Pengadaan bibit secara vegetatif. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pembibitan secara vegetatif ini : stek pucuk, cangkok dan kultur jaringan. Cukup sederhana, saya rasa sebagian besar dari kita sudah cukup memahami ketiga teknik pembibitan di atas, terkecuali teknik kultur jaringan memang memerlukan peralatan laboratorium.
“Ribet, deh! Malas!”
“Segala sesuatu yang dianggap sulit duluan pasti jadinya malas, deh! Dicoba dulu bagaimana?”
Di Sumatera (Aceh, Medan, Palembang, Bengkulu, Lampung), Kalimantan (Pontianak, Sintang, Banjarmasin) dan di Jawa (Jogja, Magelang, Bogor, Cianjur, Semarang) sudah ada yang melakukan pembibitan.
“Di mana, tuh? Berapa harganya?”
“Sabar ya! Saya memang bukan bukan penjual bibit, namun bersedia diajak berdiskusi bagaimana langkah-langkah praktis

Penanaman
Gaharu bisa tumbuh pada area ketinggian 0 – 2400 m dpl, disarankan tidak melebihi 1000 m dpl(bisa tumbuh, namun perkembangannya agak lambat). Pada lahan tanah berlempung, lempung berpasir dan berbatu serta liat remah, gaharu bisa tumbuh dengan baik, apalagi pada lahan-lahan subur. Sederhanya, jika pohon durian, nangka, rambutan, kelapa, mangga, karet, mahoni, jati, sengon (dan pohon-pohon sejenisnya) bisa tumbuh, gaharu dipastikan bisa tumbuh dengan baik.
Penanaman bisa dilakukan dengan pola tanam monokultur atau dengan sistem tumpangsari. Sistem polikultur (tumpangsari) lebih disarankan mengingat gaharu memiliki sifat semitoleranterhadap cahaya matahari (terutama saat pohon gaharu berumur 0 – 3 tahun).
Jarak tanam yang ideal adalah 3 x 3 m (1.000 pohon/ha), namun dapat juga 2.5 x 3 m sampai 2.5 x 5 m. Jika gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanam gaharu 3 m dari tanaman tersebut. Karena pohon gaharu ini tidak diambil kayunya sebagai bahan bangunan, maka sebenarya jarak tanam tidak menjadi keharusan. Ada beberapa petani justru menanam gaharu dalam jarak yang sangat rapat 2 x 1 m, hanya saja ini akan memerlukan pemupukan yang cukup dan rajin melakukan pemangkasan cabang.
Tahapan berikutnya adalah pembuatan lobang tanam 40 x 40 x 40 cm, dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar, kemudian kita masukkan tanah dan pupuk dasar (kompos) dengan perbandingan 3 : 1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Setelah beberapa minggu (2 minggu) pohon gaharu siap untuk ditanam. Penanaman bibit gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 16.00 sore harinya.

Perawatan Tanaman
Pemupukan dapat dilakukan 3 bulan sekali, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos (sangat disarankan mempergunakan pupuk organic). Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar gaharu terkena cahaya matahari diikuti dengan penyemprotan pestisida (sangat disarankan mempergunakan pestisida organic).
Pembersihan rumput dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu. Pemangkasan cabang/ranting pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu. Inokulasi?
Inokulasi adalah salah satu teknik buatan agar terjadinya infeksi jamur fusarium sp sehingga membantu proses pembentukan resin/getah harum. Teknik inokulasi ini merupakan teknik hasil dari penelitian puslitbanghut Bogor. Hal-hal terkait dengan proses inokulasi ini, akan penulis sajikan pada tulisan berikutnya.
Sederhana, kan? Ini bisa dijadikan kegiatan di saat-saat libur atau akhir pekan…..Liburan dan akhir pekan kita akan menjadi lebih menyenangkan dan bermanfaat…

Nilai Ekonomi (sekedar me-refresh)
Apabila setiap pohonnya sekurangnya dihasilkan 0,6 kg gubal gaharu, 10 kg kemedangan dan 20 kg serbuk (serpih) gaharu dengan harga Rp 20 juta untuk kualitas Super, Rp 2 juta untuk kemedangan dan Rp 250 ribu untuk kualitas serbuk maka diperoleh nilai ekonomi Rp 37 juta per pohon setelah 5-7 tahun. Ini adalah perhitungan minimal, sesuai pengalaman, 1 batang gaharu bisa menghasilkan lebih dari 2 kg gubal, 20 kg kemendangan dan 20 kg serbuk.
Kebutuhan gaharu dunia sangat besar, quota Indonesia 300 ton/tahun baru terpenuhi 10 %. Oleh karena peluang budidaya gaharu sangat prospektif. (Sumber : tunasgaharumagelang.blogspot.com)

Tidak ada komentar: